PRAGMATISME PENDIDIKAN INDONESIA

07.35 Unknown 0 Comments

Ketika saya menulis artikel ini saya sedang berada di arena Rapat Koordinasi Bidang Advokasi & Seminar Pendidikan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah. Kegiatan yang mengangkat tema : "Pendidikan Indonesia antara Ideal dan Pragmatis" ini mengusik hati dan pemikiran saya.

Pragmatis, sebuah kata yang masih terasa "ngambang" dalam pemahaman saya. Hingga akhirnya setelah saya searching apa itu pragmatis dan pragmatisme, saya menemukan sedikit pencerahan.

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
( Wikipedia - Indonesia )
Berbicara pendidikan Indonesia , banyak sekali pihak yang mengeluhkan dunia pendidikan Indonesia semakin semrawut dan ruwet. Mulai dari Ujian Nasional yang menjadi momok menakutkan bagi siswa, kurikulum yang tidak efisien penerapannya karena sering berganti-ganti, sampai pada kecurangan dan kebohongan oleh siswa yang difasilitasi pihak sekolah sendiri.

Kasus-kasus kecurangan dan kebohongan tersebut mencerminkan mental bangsa yang semakin memprihatinkan. Orientasi pendidikan yang menekankan pada tingkat kelulusan, tingginya nilai akademik, dan kualitas sekolah dengan embel-embel RSBI dan SBI membuat bangsa kita terancam tidak mempunyai generasi yang berkualitas ( untungnya sudah dihapus ). Minimnya pendidikan karakter di Indonesia juga mengakibatkan bangsa ini berjalan tanpa ideologi dengan hilangnya nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang dimiliki tiap-tiap daerah.

Pengaruh kapitalisme dan rendahnya pendidikan karakter yang masuk di dunia pendidikan mengubah masa depan dunia pendidikan hanya menjadi sebuah proses alat reproduksi produksi, di mana hilangnya mental bangsa dan hanya fokus pada penekanan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar (kapitalisme). Pragmatisme pendidikan ini terlihat dari kasus-kasus kecurangan di atas, di mana murid maupun guru berlomba-lomba untuk (hanya) lulus dan dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau hanya mendapat pekerjaan.

Institusi pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dewasa ini lebih menekankan bagaimana menciptakan alat produksi (baca: tenaga kerja) dan menyiapkan calon tenaga kerja (proses reproduksi) untuk kebutuhan kapitalis yang hanya mengejar keuntungan dengan pengoptimalan sumber daya alam yang terbatas. Globalisasi di dunia pendidikan di Indonesia membuat negara ini seakan tidak mempunyai kemampuan dan sekuritas untuk melindungi warga negaranya, karena tidak memiliki aspek strategi dan lemahnya legitimasi yang ada.

Masa depan generasi yang akan datang ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang ditentukan oleh kualitas pendidikan, dan hal ini mutlak menjadi peran negara. Konstitusi mengamanahkan kepada negara untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa” dan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Amanat pasal 31 UUD 1945 yang mengharuskan negara wajib membiayai pendidikan dasar bagi seluruh warga negara dan tujuan besar pendidikan nasional yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemerintah juga memiliki tanggung jawab dalam UU Sisdiknas pasal 12 ayat 1 poin d yang menyebutkan bahwa, “Peserta didik mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.”

Kemudian hal tersebut tidak sejalan dengan fakta dari data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 yang mengungkapkan, bahwa jumlah anak Indonesia yang terancam putus sekolah saat ini mencapai 13 juta yang terdiri dari usia 7 sampai 15 tahun. Dan hal ini tidak sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun yang digalakkan pemerintah karena usia anak yang putus sekolah adalah usia anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian berdasarkan data Human Development Indexs (HDI) tahun 2009, Indonesia menempati urutan ke-111 dari 180 negara mengenai standar pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di dunia.

Belajar dari Taman Siswa
Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah, artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dll. Sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.

Konsepsi dasar Taman Siswa untuk mencapai cita-citanya adalah kebudayaan, kebangsaan, pendidikan, sistem kemasyarakatan, dan sistem ekonomi kerakyatan. Pokok pikirannya adalah bahwa bangsa ini tidak boleh kehilangan jati diri, menjaga keutuhan dalam berbangsa, menjalankan pendidikan yang baik untuk mencapai kemajuan, terjadinya harmonisasi sosial di dalam bermasyarakat, serta menghindari terjadinya kesenjangan ekonomi yang terlalu tajam antarwarga negara.
Pendidikan Taman Siswa mempunyai ciri khas Pancadarma, yaitu kodrat alam (memperhatikan sunatullah), kebudayaan, kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masing individu dan kelompok), kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).

Sistem Among menjadi dasar pendidikan Taman Siswa, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orangtua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.

Melihat konsep Taman Siswa dengan realitas sekarang telah terjadi disorientasi pendidikan yang berawal dari proses kapitalisme membuat pelaku pendidikan, mulai dari murid, orangtua, maupun guru dan pemangku kewenangan, berpikiran sempit, menjadikan pendidikan sebagai pintu masuk mendapat pekerjaan. Yang terjadi kemudian tersedianya lumbung-lumbung tenaga kerja bukan lumbung intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain.
Lovalia : Berbagai sumber

0 komentar:

Kuliner Blora : Wedang Cemohe

02.55 Unknown 0 Comments

Wedang Cemohe
Jenis wedang ini sebenarnya banyak dijumpai di daerah lain. Hanya saja mungkin istilahnya yang berbeda. Ada yang menyebut wedang jahe karena bahan utamanya adalah jahe. Sebenarnya wedang cemohe agak mirip dengan sekoteng. Tapi wedang cemohe dikreasikan dengan menambah berbagai jenis bahan, seperti roti tawar, susu krim, dan irisan kelapa kecil. Ada pula yang diberi kacang tanah yang telah digoreng.
Wedang Cemohe
Cara membuatnya cukup sederhana, Panaskan air sampai mendidih. Jahe ditumbuk gepeng tidak sampai halus. Masukkan gula dan jahe ke dalam mangkuk atau gelas. Lebih nikmat dengan gula Jawa. Tuangkan air mendidih kedalamnya. Masukkan Roti tawar yang dipotong-potong kecil-kecil dan pelengkap lainnya. Wedang cemohe siap dinikmati sebagai penghangat tubuh terutama saat cuaca dingin . Wedang Cemohe juga pas untuk dinikmati bersama keluarga dalam acara terbuka.
[]Lovalia

0 komentar:

WISATA BLORA : CAGAR BUDAYA GOA PAWON NINGALAN

00.15 Unknown 0 Comments

Hasil gambar



Goa Pawon, kalau kamu ketikkan dua kata tersebut pada kotak dialog GOOGLE, maka yang akan keluar adalah Goa Pawon di daerah Jawa Barat. Hmmm... tapi kali ini Goa Pawon yang akan saya ceritakan adalah Goa Pawon di dukuh Ningalan desa Ngraho Kecamatan Kedungtuban.  Awalnya goa ini merupakan lubang kecil saja yang kemudian semakin hari semakin bertambah lorong-lorongnya, hmm kenapa ? :D

Disebut Goa Pawon karena di sinilah terdapat aktivitas warga setempat membuat pawon ( tungku ). Saya pertama kali berkunjung ke Goa Pawon sekitar tahun 2007. Ketika itu saya diajak oleh kawan saya yang kebetulan rumahnya di dekat lokasi Goa Pawon untuk menghadiri acara sedekah bumi. Dan akhirnya saya juga diajak untuk berkunjung ke Goa Pawon.

Hasil gambar

Nah ... di sinilah gambaran saya tentang pawon selama ini musnah heheh. Bagaimana tidak? Selama ini saya membayangkan cara membuat pawon adalah dengan menggunakan tanah liat/ lempung yang dibentuk sedemikian rupa lalu dikeringkan dan dibakar. Sama seperti pembuatan tembikar, karena memang seperti itulah cara saya membuat prakarya di sekolah. Tapi ternyata tidak demikian kawan. Alih-alih menggunakan tanah liat, pawon dibuat dengan cara memotong batu padas ( kayaknya namanya gitu ) langsung dari asalnya ( bumi lah yaa ). Batu yang sudah diambil tadi lalu dibentuk menjadi pawon dengan cara dipahat. Setelah itu barulah dikeringkan dan dibakar.

Sungai Jernih di bawah Gua Pawon
Kedungtuban
Hmmm memotong batu dari atas seperti itu adalah hal yang sangat berbahaya. Dan memang menurut kawan saya pernah ada kejadian goa itu runtuh. Astagfirullah...

Kegiatan warga membuat pawon dengan memotong batu itu sudah turun temurun. Dan dari batu yang terus menerus diambil itu ternyata menjadikan lorong yang kian sambung-menyambung lho,,, Dan ajaibnya, ada air menetes dari langit-langit dan dinding goa.

Sungai Jernih di bawah Gua Pawon
Kedungtuban
Untuk menyusuri Goa Pawon ini kamu membutuhkan senter ya guys. Karena semakin ke dalam semakin gelap. Goa Pawon ini berada di tepi sungai kecil yang airnya cukup jernih, hmm kebayang kan semakin asyiknya suasana sekitar.

Oh ya Goa ini ramai dengan anak-anak remaja ketika hari libur. Terakhir kali saya ke sana bersama kawan-kawan KOMPPAK ( Komunitas Pelajar Pecinta Alam Kedungtuban ) tahun 2013 kemaren. Kamu mau ke sana ? Hayuukkkk ....



Sungai Jernih di bawah Gua Pawon
Kedungtuban



Sungai Jernih di bawah Gua Pawon
Kedungtuban

Sungai Jernih di bawah Gua Pawon
Kedungtuban

Gua Pawon (Kedungtuban-Blora)

Gua Pawon (Kedungtuban-Blora)

0 komentar:

LEGENDA BLORA : LEGENDA KEDUNGPUTRI RANDUBLATUNG

06.10 Unknown 0 Comments

Konon ini adalah tempat mandi Putri Citrowati
Kedung Putri adalah suatu situs budaya yang pada masa lalu sampai sekarang banyak menyimpan misteri, bahkan berbau mistik yang konon menurut cerita tempat ini sering dipakai mandi oleh Citro Wati putri raja Purwocarito yang cantik Jelita.
Kedung Putri terletak di sebelah utara Kecamatan Randublatung, kurang lebih 10 km dari pusat kota Randublatung, tepatnya di hutan petak 52 RPH Gumeng BKPH Temanjang, KPH Randublatung. Secara administrative turut wilayah Desa Tanggel Kecamatan Randubaltung Kab. Blora.
Begitu kentalnya muatan mistik di lokasi ini menjadikannya cukup terkenal di Randublatung. Legenda Kedung Putri dimulai pada jaman dulu dimana terdapat suatu daerah yang bernama Negara Purwocarito (sekarang Desa Gumeng) yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dian Gondo Kusumo dengan permaisuri Loro Girah, Pasangan raja dan permaisuri ini dikarunia 3 orang  anak yaitu  Citro Menggolo, Citro Kusumo dan Citro Wati.
Masing-masing keturunan raja Dian Gondo Kusumo diberikan kekuasaan untuk memimpin tiga kerajaan. Masing-masing adalah Citro Menggolo kerajaanya di Mlumpang (sekarang Desa Trembes), Citro Kusumo kerajaannya di Bale Kambang (sekarang Desa Temetes) dan Citro Wati kerajaanya di Purwocarito (sekarang Desa Gumeng).
Salah seorang dari ke tiga anaknya yaitu Citro Wati mempunyai paras yang  cantik jelita. Karena kecantikannya itu maka banyak putra raja yang lain atau dari golongan bangsawan tertarik dan ingin meminang Citro Wati. Sampai pada akhirnya Putri Citro Wati  dilamar oleh 2  raja, yaitu Begede Katong dari kerajaan Pandan (Sekarang Desa Njetak Wanger,Ngawen) dan Jonggrang Prayungan dari kerajaan Atas Angin. Kedua raja tersebut akhirnya perang untuk merebutkan Cito Wati. Keduanya belum ada yang kalah dan menang dalam peperangan tersebut. Akhirnya Citro Wati datang dan menolak keduanya (Begede Katong dan Jonggrang Prayungan).
Karena merasa ditolak, Begede Katong marah dan mendatangkan angin ribut untuk menghancurkan negara Purwocarito. Akibatnya negara Purwocarito luluh lantah rata dengan tanah.
Situs Banyu Tes
Beberapa hari kemudian Begede Katong tidak putus asa walapun cintanya di tolak. Dia tetap berangkat menuju kerajaan Purwocarito untuk melamar Citro wati. Sesampainya di suatu tempat dataran tinggi, Begede Katong melihat Citrowati sedang mandi di sendang, begitu melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Citrowati, birahi Begede Katong memuncak dan meneteslah air maninya, yang sekarang menjadi Banyu Tes, di dukuh Temetes. ”Sendang tetes” tersebut sampai sekarang dipercaya oleh masyarakat bisa menyembuhkan impotensi dan membangkitkan libido bagi kaum pria apabila mandi di tempat tersebut.
Jati Denok
Setelah itu Begede Katong melanjutkan perjalan kembali. Sesampainya di Gunung Serangkang, dia bertemu dengan Jonggrang Prayungan musuh bebuyutannya, dan keduanya saling berperang lagi. Keduanya berperang saling membunuh sehingga menyebabkan semua perangkat untuk melamar yang dibawa oleh Begede Katong berserakan dan terlempar jauh ke tempat lain. Tempat upeti (Bokor Kencono) terlempar ke Desa Pengkol (Kec. Banjarejo) yang dinamakan Kedung Bokor, Sirih (bahasa jawanya Suruh) terlempar ke Desa Banyuurip yang dinamakan Suruhan, Gemblongnya (dodol) yang teriris–iris terlempar ke Desa Temetes yang dinamakan Tiris, sedangkan emban yang membawa Bokor Kencono bernama Denok meninggal dan dikubur dengan di tandai Pohon jati yang sampai sekarang jati tersebut masih hidup dan dinamakan “Jati Denok”. Walaupun Begede Katong memaksa melamar, Cito Wati tetap tidak mau menerima lamaran Begede Katong. Meskipun ditolak cintanya, Begede Katong tidak mau kembali ke negaranya. Gilaaa setia bangeetttt
Citro Wati mempunyai kebiasaan yang setiap hari tidak pernah ditinggalkannya yaitu mandi di sungai (Kedung) yang sekarang dinamakan Kedung Putri. Begede katong memanfaatkan situasi tersebut yaitu dengan merubah dirinya menjadi ikan gabus (Kutuk) dan masuk ke dalam sungai. Pada saat Citro Wati mandi di sungai, ia melihat ikan gabus (kutuk) yang sebenarnya adalah  jelmaan Begede Katong. Citro Wati sangat  senang melihat ikan tersebut dan ia pun bermain di sungai (kedung) itu tanpa curiga sedikitpun akan keberadaan ikan tersebut. Karena seringnya bermain dengan  ikan gabus (kutuk) tersebut, tanpa disadari ia bercinta dengan ikan gabus jelmaan Begede katong yang pada akhirnya menyebabkan Citro Wati hamil.
Citro Kusumo kakak Citro Wati marah melihat adiknya hamil tanpa diketahui siapa yang menghamili adiknya. Citro Wati tidak boleh melahirkan secara normal tetapi harus melalui perut sebelah kiri. Perut Citro Wati ditusuk dengan keris oleh Citro Kusumo dan keluarlah dari perut Citro Wati anak ikan gabus (Kutuk). Keanehan yang terjadi pada anak Citro Wati  menjadikannya sebuah larangan bagi masyarakat dusun Gumeng bahwa mereka tidak boleh makan ikan gabus (kutuk) karena itu merupakan darah dagingnya Citro Wati. Karena ditusuk perutnya, Citro Wati pingsan dan tidak sadarkan diri. Citro Wati diseret oleh Cito Kusumo dan di siram air. Akhirnya Citro Wati sadar dan air yang dipakai untuk menyiram Citro Wati dinamakan Banyuurip.
Banyu Urip
Sampai sekarang banyuurip masih tetap ada dan selalu dijaga keberadaanya karena dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit.
Setelah kejadian itu, Citro Wati berjanji tidak akan kawin sebelum ketemu Joko Sayuto dengan pengapit Joko Santoso. Citro Wati semedi di sungai (kedung Putri) sambil menunggu Joko Sayuto dan Joko Santoso.
Cerita Legenda yang masih melekat pada Kedung Putri, bagi masyarakat dusun Gumeng merupakan salah satu peninggalan sejarah yang harus dijaga, baik lokasi, peninggalan-peninggalannya maupun nilai-nilai spiritualnya.
Saat ini, tradisi yang dilakukan masyarakat dusun Gumeng di Kedung Putri adalah upacara sedekah bumi. Tujuannya adalah untuk meminta berkah dan keselamatan bagi dusun Gumeng dan daerah sekitarnya. Terkadang ada juga yang melakukan ritual khusus di tempat ini yaitu memberikan sesaji yang tujuannya untuk meminta kekayaan (pesugihan)
[]Lovalia : Berbagai Sumber
Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/ kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi secara bijak

0 komentar:

LEGENDA BLORA : KISAH ARYA PENANGSANG - JIPANG PANOLAN DAN ASAL MUASAL PAKAIAN JAWA

05.52 Unknown 0 Comments


Keris Pusaka Setan Kober

Keris Kyai Setan Kober adalah pusaka yang dibuat pada jaman mataram kuno. Keris Setan Kober adalah keris sakti mandraguna yang pernah dimiliki oleh Arya Penangsang dimana keris inilah yang nantinya justru membunuh sang pemilik sendiri. Pada saat itu, tombak Kyai Pleret yang dipakai oleh Sutawijaya mengenai lambung Arya Penangsang, hingga ususnya terburai. Kemudian Arya Penangsang dengan sigap, menyangkutkan buraian ususnya tersebut pada sarung atau hulu keris yang terselip di pinggangnya, dan terus bertempur. Saat berikutnya , ganti Sutawijaya yang terdesak hebat dan kesempatan itu digunakan oleh Arya Penangsang untuk segera menuntaskan perang tanding tersebut, dengan mencabut keris dari dalam wrangka yang menghunus. Tanpa disadari Arya, mata keris Setan Kober langsung memotong ususnya yang disangkutkan di bagian wrangkanya. Tamat sudah riwayat seorang Arya Penangsang yang tewas seketika.
Ki juru Mertani, yang merupakan penasehat dari Sutawijaya, terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya Penangsang, meskipun akhirnya harus tewas mengenaskan akibat usus yang terburai ketika sedang  disangkutkan pada sarung kerisnya. Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, saat sudah menikah kelak, agar meniru gaya Arya Penangsang, namun menggantikan buraian usus dengan rangkaian bunga melati. Dengan begitu, maka sang pengantin Pria akan tampak lebih gagah, dan tradisi tersebut hingga saat ini masih tetap digunakan, terutama oleh masyarakat Jawa.
Keris Kyai Setan Kober merupakan sebilah keris pusaka dengan jumlah luk 13 yang diciptakan oleh seorang Mpu yang bernama Mpu Bayu Aji pada zaman kerajaan Pajajaran. Mpu Bayu Aji adalah seorang Mpu yang sangat sakti serta berpengatahuan sangat luas. Beliau juga memiliki murid-murid dari golongan bangsa jin dan siluman, karena tempat tinggal sang mpu saat itu berada di tepi hutan yang sangat angker di daerah Cirebon. Karena kesaktian beliau, banyak dari golongan para jin yang selalu ingin menimba ilmu dan mengabdi padanya. Sang mpu merasa jengkel karena sering kali mendengar rengekan para jin yang ingin berguru padanya.
Hingga pada suatu hari, ketika sang Mpu akan menciptakan sebilah keris pusaka luk 13, dimana sang mpu sedang mengheningkan cipta untuk memasukkan daya magis pada keris tersebut, konsentrasinya sempat terganggu akibat ulah dan rengekan para jin. Akhirnya keris pusaka tersebut menjadi tidak sempurna, dan dinamakan dengan sebutan Keris Kyai Setan Kober. Keris ini tercipta akibat daya panas dan ambisi yang besar. Konon, keris ini pernah jatuh ke tangan Arya Penangsang, seorang Adipati Jipang – Panolan, pada masa Kerajaan Demak Bintoro ( 1521 – 1546 ).
Arya Jipang atau terkenal dengan sebutan Arya Penangsang, adalah bupati Jipang Panolan yang memerintah wilayah tersebut pada pertengahan abad ke-16. Ia telah melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto, raja terakhir Demak tahun 1549, namun dirinya sendiri kemudian akhirnya tewas ditumpas para pengikut Sultan Hadiwijaya, yang merupakan penguasa Pajang. Arya Penangsang juga terkenal seorang yang sakti mandraguna. Menurut silsilah keturunan, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin, putra dari Raden Patah yang merupakan raja pertama dari Kesultanan Demak. Ibu Raden Kikin sendiri adalah putri bupati Jipang sehingga ia mewarisi kedudukan kakeknya. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki saudara dari lain ibu yang bernama Arya Mataram.
Keris Bertuah
Ketika itu,  Arya Penangsang telah mengutus empat orang pilihannya untuk membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, ketika mereka sudah memasuki kamar, Sultan terbangun dan melemparkan selimutnya ke arah ke empat suruhan Arya penangsang tersebut yang kemudian terjadilah perkelahian. Mereka berempat akhirnya  dapat dikalahkan oleh Hadiwijaya dan setelah di paksa mengaku untuk mengatakan siapa yang mengutus mereka, Hadiwijaya pun memaafkanya dan memberikan sejumlah uang. Hadiwijaya kemudian mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan di damaikan oleh Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit untuk pulang, selanjutnya Sunan Kudus menyuruh Arya Penangsang berpuasa selama 40 hari untuk mendinginkan emosinya yang labil.
Dalam perjalanan pulang menuju kembali ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja, tempat dimana Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak agar Hadiwijaya segera menumpas Arya Penangsang. Ia yang mengaku dirinya sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara apabila Hadiwijaya berhasil menang. Hadiwijaya merasa segan untuk memerangi Penangsang secara langsung, karena merasa masih merupakan sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkan sebuah sayembara, bahwa barangsiapa mampu membunuh Arya Penangsang, maka dia akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.
Pusaka Setan Kober Legenda IndonesiaKedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi, ikut mendaftar sayembara tersebut. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang untuk turut membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya, yang merupakan putra kandung Ki Ageng Pemanahan, juga ikut serta dalam rombongan tersebut. Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang saat itu sedang berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa selama 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuat Arya tidak mampu lagi menahan emosinya. Meskipun sudah disabarkan oleh saudaranya, Arya Mataram, namun Penangsang tetap berangkat ke medan perang memenuhi tantangan dari rombongan pasukan Pajang. Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Perut Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip dipinggang. 
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya. Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia ketika itu diperintahkan ayahnya turut serta turun ke medan perang, setelah sebelumnya Hadiwijaya merasa tidak tega meninggalkan anaknya yang merengek dan meminta ikut bertempur, dengan di kawal pasukan Pajang sebagai pelindung. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun. Akan tetapi cerita kekalahan Arya Penangsang akhirnya sengaja di rekayasa dengan laporan palsu bahwa kematian Arya Penangsang diakibatkan setelah dikeroyok Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai mengetahui kisah yang sebenarnya bahwa pembunuh Bupati Jipang Panolan adalah anak angkatnya sendiri, dikhawatirkan ia akan lupa memberikan hadiah yang telah dijanjikan sebelumnya.
Kisah kematian Arya Penangsang sejak saat itu telah melahirkan tradisi baru dalam seni pakaian Jawa, khususnya busana pengantin pria. Pangkal keris yang dipakai oleh sang pengantin pria seringkali dihiasi dengan untaian bunga mawar dan bunga melati. Hal ini merupakan suatu lambang yang mengingatkan agar supaya pengantin pria tersebut tidak berwatak pemarah dan ingin menang sendiri atau egois, sebagaimana watak seorang Arya Penangsang, yang akhirnya merugikan dirinya sendiri. Hingga kini kebiasaan tersebut masih sering di gunakan dalam acara pernikahan dengan adat Jawa.

[]Lovalia : Berbagai Sumber
Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/ kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi secara bijak

0 komentar:

LEGENDA BLORA : ASAL MUASAL KOTA CEPU

19.38 Unknown 0 Comments

Tugu Kuda Cepu

Cepu (“tjepoe”) adalah sebuah kota kecamatan yang berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kota ini menjadi perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan Sungai Bengawan Solo sebagai pemisahnya.

Asal muasal nama kota Cepu sendiri tidak banyak diketahui. Begitu juga kapan tepatnya kota ini didirikan. Keterangan asal muasal nama kota Cepu lebih banyak berdasarkan legenda rakyat di antaranya :

  • Konon pernah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Adipati Cepu kepada Raden Brawijaya dari Majapahit. Penyerangan ini dilakukan setelah runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak. Dalam penyerangan ini, Adipati Cepu berhasil memaksa Raden Brawijaya untuk melarikan diri ke Gunung Lawu. Karena itulah ada kepercayaan masyarakat yang menyebutkan bahwa Raden Brawijaya mengucapkan kutukan , keturunan adipati Cepu "diharamkan" untuk mendaki ke Gunung Lawu. kalaupun ada yang nekat mendaki, maka ia tidak akan sampai puncak atau terkena sial. Btw berarti saya bukan keturunan adipati cepu yam karena saya sudah beberapa kali mencapai puncak 3265 mdpl Hargodumillah Lawu hehe..
  • Konon juga kata Cepu berasal dari senjata Adipati Tedjo Bendoro (dari Tuban) yang berupa pusaka kecil bernama Cempulungi. Dulu konon terjadi peperangan antara Adipati Tuban yaitu Tedjo Bendoro dengan Adipati Bojonegoro dari Bojonegoro. Peperangan itu dimenangkan oleh Adipati Tuban. Oleh karena itu semua apa yang dimiliki Adipati Bojonegoro seperti kekayaan dan putri-putrinya harus diserahkan. Termasuk putri tercantik yang bernama Retno Sari. Akan tetapi karena ia keberatan, maka ia melarikan diri. Nah.. dalam pengejaran tersebut Sang Adipati Tuban melepaskan pusakan andalannya itu dan tepat menancap (nancep) di paha (pupu) sang putri. Maka timbullah kata Cepu ( mancep ning pupu ). Konon sang putri terus berlari meskipun berdarah-darah. Darah yang menetes deras dari tubuh sang putri ini menjadikan sebuah dusun bernama Merah, diambil dari merahnya darah sang putri. Dan Sang putri berlari terus dikejar sambil menangis-nangis dan merintih "kapok tuan... kapok tuan". Di kemudian hari tempat ini dikenal sebagai Kapuan.
  • Dan beberapa legenda yang lain seperti perebutan Putri Dumilah dari Madiun serta pertarungan antara Jipang Panolan dan Pajang.
Well, sepertinya memang tidak atau belum ada literatur sejarah yang menyinggung tentang keberadaan kota ini, kecuali setelah masuknya penjajahan Belanda di Nusantara, yaitu dengan keberadaan sumur minyak pertama di negeri ini.

Di Cepu, nama Ronggolawe adalah nama yang sangat terkenal. Nama itu dijadikan sebagai nama jalan utama, nama lapangan, nama sekolah tinggi dan juga nama monumen patung kuda yang menjadi ikon kota ini. Bahkan di desa Wado Kecamatan Kedungtuban pun ada makam dan klub sepak bola yang menggunakan nama Ronggolawe. Ronggolawe di sini merupakan nama dari Divisi Tentara Republik Indonesia yang dipimpin oleh GPH Dipokusumo pada saat menumpas pelarian eks. PKI Madiun di kota ini.

Pada masa kolonial Belanda, Cepu merupakan kota penting, karena kandungan minyak dan hutan jati . Di Cepu dapat ditemukan banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih ada hingga sekarang. Antara lain : Rumah Pertemuan Sasono SOS, Suko Loji Klunthung dan Pemakaman Belanda terletak di Desa Wonorejo Kecamatan Cepu.

Nama Cepu semakin dikenal dengan eksplorasi Blok Cepu. Blok ini mencakup wilayah Cepu dan Bojonegoro dengan kandungan minyak diperkirakan akan mencapai jutaan barel. Ada dua operator besar yang terlibat dalam eksplorasi minyak, yakni Exxon Mobile dan Pertamina. Pihak lain yang terlibat adalah Pemerintah Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Blora, dan Pemerintah Bojonegoro.

Tugu perbatasan Jawa Tengah - Jawa Timur : Selamat datang di Cepu
Cepu juga memiliki potensi lainnya. Yakni, aset pariwisata yang dapat dipasarkan, baik dalam bentuk warisan dan keindahan alam. Selain wisata budaya, Cepu juga memiliki potensi wisata alam yang sangat menarik, unik, dan menawan. Berbagai tempat pariwisata menarik banyak wisatawan domestik dan luar negeri. Artinya, sumur minyak tua dan gas yang tersebar di wilayah sekitar Cepu, Nglobo, Ledok, dan Wonocolo. Jumlah sumur tua yang telah mencapai 648 buah dengan 112 di antaranya masih aktif memproduksi minyak.

Sumur minyak di Cepu ini pertama kali ditemukan pada tahun 1890 oleh Bataafsche Petroleum Maatchappij (BPM), sebuah perusahaan minyak dari Belanda, yang kemudian berganti nama menjadi Shell. Sebagian besar sumur-sumur tua secara tradisional ditambang oleh masyarakat setempat. Mereka menggunakan tali dan ember ditarik oleh sekitar 15 orang atau menggunakan sapi untuk menderek.

Sumur tua umumnya terletak di daerah perbukitan dan di tengah-tengah hutan jati. Dengan demikian, upaya ekstra harus mampu untuk melihatnya. Agak seperti sedikit petualangan.

[]Lovalia : Berbagai Sumber
Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/ kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi secara bijak

0 komentar:

LEGENDA BLORA : TERJADINYA KEDUNG MOYO dan BELIK KRINCING

16.35 Unknown 0 Comments

Kedungmoyo

KEDUNG MOYO adalah nama Kedung ( yang artinya air yang sangat dalam) yang berada di aliran Bengawan Solo di Desa Mendenrejo, Kec.Kradenan, Kab. Blora. Masyarakat sekitar menamai Kedung Moyo tentunya tidak lahir begitu saja, tetapi tentu ada sebab kronologisnya. Menurut cerita yang saya baca di beberapa posting blog sedulur Blora dan dari orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang pernah saya dengar ceritanya kurang lebih ceritanya begini……

Konon dahulu ada sebuah Padepokan kecil yang letaknya di pinggiran hutan, yang dipimpin oleh Begede Kuwung. Pada masa itu Padepokan Kuwung masuk wilayah Kadipaten Jipang Panolan (Desa Jipang Kec. Cepu). Begede Kuwung adalah orang terpandang yang mempunyai kesaktian tinggi, dan mempunyai pengaruh yang luar biasa, maka tak heran jika pengikutnya banyak. Begede kuwung mengajarkan tentang budi pekerti, spiritual, olah bathin dan olah kanuragan. Murid-murid begede kuwung tidak hanya berasal dari daerah sekitar Kuwung saja, tapi sampai keluar penjuru daerah. Termasuk anak dari mbok Rondo Jambi yang bernama Joko Sangsang. 

Joko Sangsang adalah murid kesayangan Begede Kuwung. Disamping paling pintar, Joko Sangsang juga mempunyai wajah yang tampan. Maka tak heran jika Putri Begede Kuwung yang bernama DEWI MOYO yang terkenal cantik parasnya menaruh hati pada Joko Sangsang. Cinta tak bertepuk sebelah tangan, dua-duanya saling jatuh cinta.

Singkat cerita, di Kadipaten Jipang Panolan, Adipati Haryo Penangsang membuka lowongan untuk menjadi prajurit. Joko Sangsang tertarik untuk mengabdikan diri menjadi prajurit Jipang. Atas ijin dan restu Begede Kuwung dan Dewi Moyo, berangkatlah Joko Sangsang ke Kadipaten Jipang Panolan. Karena cakap dalam olah kanuragan maka diterimalah Joko sangsang menjadi Prajurit. 

Setelah beberapa bulan tidak ada kabar berita, hati Dewi Moyo mulai terusik dengan rasa kerinduan. Rasa rindu yang menumpuk lama-lama tak terbendung lagi untuk ingin bertemu dengan pujaan hatinya. Dan akibatnya sang Dewi pun galau. Sayangnya karena jaman dulu belum ada Facebook dan Twitter , sang Dewi pun nggak bisa curhat via status. Maka dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Begede Kuwung, Dewi Moyo ingin menyusul Joko sangsang ke Kadipaten Jipang Panolan tanpa pengawal. Perjalanan tak berjalan mulus , karena untuk sampai ke kadipaten harus menyebrangi Bengawan Solo yang berarus deras. Karena keinginan hatinya sudah bulat, Jangankan bengawan solo, Lautpun akan dia sebrangi, gunung yang menghadangpun akan dia daki demi cintanya. (he..he….kayak lagunya ona sutra….)  Dewi Moyo sadar kalau sebenarnya dia tidak bisa berenang, Karena kenekatannya akhirnya Dewi Moyo tenggelam di bengawan solo, sesekali kepalanya timbul tenggelam sambil memanggil nama kekasihnya. (hemm….tragis…Cinta kadang-kadang tak pakai Logika….kayak Agnes Monika). Saya heran kenapa dia tidak naik perahu saja -_-

Joko Sangsang yang mempunyai kepekaan batin tinggi merasa resah dalam tugasnya, kupingnya mendengar teriakan Dewi Moyo yang memanggil-manggil dirinya. Tanpa pikir panjang Joko Sangsang memacu kuda tunggangannya sekencang-kencangnya untuk bisa menolong kekasihnya. Karena kehausan, sesampainya di tepi bengawan solo Kuda Joko Sangsang langsung minum sepuasny di air Belik (sumur kecil yang di gali di tanah) sambil menggerak kaki-kakinya supaya lemas hingga berbunyi KRINCING-KRINCING dari aksesoris yang di pakainya. Maka sampai sekarang belik tempat minum kuda tunggangannya Joko Sangsang di beri nama BELIK KRINCING.

Lapangan Joko Sangsang - Mendenrejo Kec. Kradenan
Nasi sudah menjadi bubur. Setelah sampai di bengawan Solo Dewi Moyo sudah tidak muncul-muncul lagi. Tapi mata Joko Sangsang masih sempat melihat kekasihnya di dalam air walaupun nampak “MOYO-MOYO”  (samar-samar). Hati Joko Sangsang pupus di tinggal kekasihnya. Tetapi karena jiwa satrianya, dia tetap kuat dan tegar menghadapi cobaan hidupnya. Dia nggak galau sampe mengotori beranda facebook guys. Untuk mengenang kekasihnya, maka daerah tempat tenggelamnya Dewi Moyo di sebut dengan nama KEDUNG MOYO yang berasal dari nama DEWI MOYO yang terlihat MOYO-MOYO (samar-samar). Meskipun samar-samar tapi Dewi Moyo masih kelihatan cantik dan manis.  Maka tak heran jika gadis-gadis yang di lahirkan di Mendenrejo terutama  daerah Kedung Moyo mempunyai paras cantik-cantik dan manis-manis. Jiiiaaahhhhhh.... :p

Dan untuk mengabadikan jiwa kesatrianya Joko Sangsang, maka Pemerintah Desa Mendenrejo memberi nama lapangan bola / Lapangan serbaguna di Menden dengan nama LAPANGAN JOKO SANGSANG  yang terletak di dusun Nglaren Desa Mendenrejo Kec. Kradenan Kab. Blora. Dengan harapan agar para Taruna Muda di wilayah Kec. Kradenan bisa mencontoh sifat-sifat positif Joko Sangsang, baik dalam pendidikan, budi pekerti atau hal-hal lain yang positif.

Oh ya di Kedungmoyo ini beberapa kali ditemukan balok kayu tua yang muncul ketika musim kemarau dari dasar sungai bengawan Solo yang surut lho. hmmm peninggalan siapakah itu ?

[]Lovalia- Berbagai Sumber

Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/ kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi secara bijak
 

0 komentar:

LEGENDA BLORA : LEGENDA PUNCAK KERAMAT KEDINDING NGRAHO

08.41 Unknown 1 Comments

Pengukuhan Komunitas Pelajar Pecinta Alam Kedungtuban (KOMPPAK ) 
Nah, kalau tempat wisata yang satu ini kamu bisa baca tulisan saya yang berjudul : Pertilasan makam Purwosuci Kedinding

Dan sekarang saya akan mulai kisahnya ....

Masyarakat sekitar Keramat Gunung Kedinding setiap satu tahun sekali setelah panen pertama selesai, pada hari Jum’at Pahing selalu melaksanakan sedekah bumi yang dilaksanakan di puncak keramat Gunung Kedinding dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat berupa hasil bumi yang melimpah. Dan didalam pelaksanaan sedekah bumi tersebut selalu ada pada saat diadakan sedekah bumi, masyarakat mengadakan hiburan berupa pementasan wayang krucil yang merupakan kesenian khas pada saat pemerintahan Sultan Hadiwijoyo. ( Sampai sekarang wayang krucil dikenal sebagai kesenian khas Kabupaten Blora ).

Sejarahnya berawal dari Adipati Jipang bernama Aryo Penangsang yang ingin memisahkan diri dari Kesultanan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijoyo. Karena melihat adanya pemberontakan yang dilakukakan oleh Aryo Penangsang maka Sultan Hadiwijoyo yang didampangi oleh Kijuru Mertani dan pejabat kerajaan lainnya turun ke daerah Jipang dengan tujuan untuk menumpas pemberontakan.

Kemudian mereka beristirahat dan membuat pertahanan di gunung Kedinding, dan disela sela kegiatan Sultan Hadiwijoyo bertemu seorang wanita yang berasal dari Panolan, wanita tersebut kemudian dijadikan istri selir dan dari perkawinan ini mereka dikaruniai seorang putra bernama Pangeran/Raden Benowo. Sambil beristirahat di Lokasi Gunung Kedinding, beliau menyusun siasat dan strategi untuk menyerang pemberontak yaitu Tumenggung Panolan kala itu Arya Penangsang. Jika dilihat memang letak Puncak Gunung Kedinding lebih tinggi bila dibanding dengan wilayah Jipang Panolan. Jadi seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat Jipang Panolan termasuk gerakan prajurit perangnya dapat dipantau dari atas Puncak Gunung Kedinding imtuk mengambil strategi penyerangan.

Sultan Hadiwijoyo sambil menyusun siasat dan strategi perang, Beliau minta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan semedi, meditasi dan bertapa di Puncak Gunung Kedinding. Dari olah batin tersebut Sultan Hadiwijoyo mendapat wisik dan wangsit untuk menyerang Adipati Arya Penangsang dan memperoleh kemenangan.

Dari laku olah batin yang dilakukan Sultan Hadiwijoyo dalam rangka menentukan strategi menumpas pemberontakan Adipati Arya Penangsang. Karena dahulu permintaan dan wangsit yang diterima adalah misi penyerangan/penghancuran seorang Adipati Arya Penangsang yang notabene pegawai, maka dari itu hingga sekarang sawab atau karomah dari laku spiritual dan olah batin dari Sultan Hadiwijoyo berlaku hingga kepada anak cucu yang bekerja sebagai pegawai. Dari beberapa kejadian dan dikuatkan oleh masyarakat sekitar situs bahwa orang yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai baik tentara, PNS, pegawai swasta tidak boleh masuk ke lokasi situs. Jika masih dipelataran masih tidak apa-apa, namun jika telah menginjak salah satu anak tangga masuk situs maka sawab/karomah dari Sultan Hadiwijoyo akan mengenai. Anak tangga tersebut nampak pada gambar. Namun menurut mitos yang beredar juga, bahwa segala mitos yang berhubungan dengan “pegawai tidak boleh masuk lokasi petilasan dimulai dari anak tangga pertama masuk lokasi petilasan, jika dilanggar maka dengan cepat akan terkena masalah bahkan sampai dipecat” tidak berlaku bagi pegawai yang memiliki darah/tempat lahir dari daerah Tuban – Jawa Timur.

Jika ingin menjadi seorang paranormal akan mudah sekali terkabul dan biasanya menjadi seorang paranormal yang hebat, terkenal dan memiliki ilmu yang tua. Namun biasanya dalam perjanjiannya diberikan batas waktu selama 15 tahun mulai seseorang tersebut mengikat perjanjian. Setelah 15 tahun berlalu maka orang yang mengikat perjanjian akan meninggal. Dinyakini oleh masyarakat Dk. Kedinding bahwa setelah meninggal akan menjadi cantri di Gunung Kedinding.

Waahhh ternyata dahsyat juga ya legendanya :D ini adalah legenda, tidak memaksa anda untuk percaya. Kepercayaan yang utama tetaplah kepada Allah SWT.

]]Lovalia : Berbagai Sumber
Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/ kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi secara bijak

1 komentar: